Kamis, 25 April 2013


Reza Indragiri Armiel, Ahli Psikologi Forensik di Indonesia



 Reza Indragiri Armiel adalah salah seorang tokoh Psikologi Forensik di Indonesia. Beliau adalah salahsatu dari sedikit orang yang mempelajari Ilmu Forensik di bidang Psikologi. Pria kelahiran 19 Desember 1974 ini meraih gelar S1 di Universitas Gajah Mada jurusan Psikologi, kemudian mendapatkan beasiswa untuk meraih gelas S2 di Australia, tepatnya di University of Melbourne.Banyak hal berhubungan dengan masa lalunya yang mendukung keahliannya sekarang. Semua berawal dari sublimasi yang beliau alami selama masa hidupnya. Beliau berasal dari keluarga Broken Home. Orangtuanya sudah berpisah ketika ia berumur 1,5 tahun. Kemudian dalam beberapa waktu ia dibesarkan oleh Ibunya, beliau menganggap bahwa Ibunya bukanlah orang yang penyayang. Pada suatu ketika ia mengalami benturan di kepalanya, sang Ibu hanya membiarkannya. Kejadian itu hak asuhnya berpindah kepada Ayahnya. Sang Ayah cenderung disiplin dalam mendidik beliau, anehnya beliau malah menjadi anak yang nakal sewaktu SD di Muhamadiyah, Rawamangun Jakarta. Setamat SD, beliau dipindahkan ke Riau dan tiggal bersama kakek dan neneknya. Perlakuan kakek dan neneknya yang cenderung baik dan membebaskan, malah membuatnya semakin berprestasi di sekolah. Setelah tamat SMP, beliau dipercayakan untuk melanjutkan SMA di Yogyakarta. Prestasinya di SMA sangat terlihat, terutama dalam memimpin delegasi pemuda Indonesia dalam rangka pertukaran pelajar Indonesia-Australia. Setelah lulus SMAd dengan prestasi yang baik, beliau melanjutkan studinya di Universitas Gajah Mada, bidang Ilmu Psikologi.

Beliau memiliki ketertarikan di bidang ilmu Forensik pada saat bekerja di Departemen Luar Negri setelah meraih gelar S1 nya. Disana beliau, dipercayakan untuk membantu tim penyidik dalam meganalisa beberapa kasus. Hingga pada akhirnya, Deplu memutuskan untuk memberikan beasiswa kepada beliau untuk melanjutkan studinya. Beliau menyatakan bahwa ada hubungan antara profesi yang sekarang disandangnya dengan masa lalunya. Dimana beliau telah mencapai sebuah sublimasi dengan memukan "titik trauma" semasa hidupnya yang membuatnya bangkit dan mengalami pencerahan dalam menekuni bidang ini. Ada sebuah cerita unik yang membuat beliau memiliki persamaan dengan psikopat. Yaitu; semasa kecilnya beliau suka menyiksa binatang, ada kenikmatan sendiri ketika melihat binatang itu mati perlahan-lahan saat disiksa. Menurut beliau apabila perilakunya itu tidak terkendali, maka ia berpotensi menjadi seorang psikopat. 

Selama menekuni bidang ini, beliau pernah bekerja menjadi staf pengajar di Universitas Islam Negri (UIN), STIS-PTIK, kemu
diaan saat ini beliau mengepalai bidang psikologi di Universitas Bina Nusantara. Beliau juga sering diminta kepolisian dalam menganalisa beberapa kasus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar